BANDUNG –  “Aku, anak usia 13 tahun berbicara dan meminta air, meminta makanan. Bagaimana aku bisa hidup? Aku hanyalah anak kecil,” ujar anak Palestina.

Seorang anak berusia 13 tahun dengan lantang mengungkapkan kondisinya di depan media. Anak ini menyaksikan sendiri keluarga dan orang-orang di sekitarnya meregang nyawa. Dan saat ini, remaja perempuan ini meminta bantuan air dan makanan kepada dunia.

Hal senada juga diungkapkan mitra DT Peduli sekaligus aktivis kemanusiaan asal Indonesia, Abdillah Onim. Onim menjelaskan, krisis yang menimpa rakyat Gaza terus bertambah setelah pengepungan total dan terhentinya pasokan listrik, air, dan bahan bakar ke sana.

“Saat ini saudara-saudara kita di Gaza sedang dilanda krisis bahan makanan, obat-obatan, mobil ambulans, dan bahan bakar minyak,” ujarnya.

Hingga kini, kondisi Kota Gaza masih sangat mencekam. Berdasarkan informasi Gaza Ministry of Health, hingga Sabtu (14/10), pukul 16:40 WIB, peperangan mewafatkan 2.215 warga Palestina termasuk 724 anak-anak dan 458 perempuan serta melukai  7.696 warga Palestina termasuk 2.450  anak-anak dan 1.536 perempuan.

Dilansir Aljazeera, Selain korban jiwa,  peperangan  ini juga menghancurkan 22.600  tempat tinggal, 90 fasilitas kesehatan, dan 18 masjid. Kekerasan ini juga turut menghancurkan 19 fasilitas kesehatan, 70 fasilitas industri, 49 kantor media, dan 20 ambulans.

Akibat peperangan ini,  kehidupan yang sebelumnya sulit bertambah semakin sulit. Lebih dari 1,7 juta pengungsi hidup dalam kondisi memprihatinkan di kamp-kamp pengungsian. Dan rakyat Gaza hingga kini, semakin terancam lantaran pengepungan total dan semakin menipisnya ketersediaan pangan, listrik, obat-obatan, air, dan bahan bakar.

Reporter: Astri Rahmayanti

Editor: Astri Rahmayanti

 ---------

Bantu kesulitan saudara-saudara kita di Gaza, Palestina dengan berdonasi melalui

 https://dtpeduli.org/unggulkan-kepedulian-bantu-palestina