Dipublish pada:
“Setelah kejadian kemarin, saya baru berani ke sini lagi. Ini baju anak-anak (santri) yang gak sempet dibawa. Ada Al-Qur’an juga,” kata Maesaroh, Pengurus Pondok Pesantren An-Nur saat membereskan barang-barang yang tersisa di pondoknya.
Sambil terisak, Maesaroh membereskan pakaian, Al-Qur’an, buku-buku, dan piala yang disimpan di teras pondok. Maesaroh belum tahu harus manyimpannya di mana karena rumahnya sudah tak bisa ditinggalinya lagi.
Maesaroh bersama As'ari memulai kehidupan baru di Kampung Simpang, Desa Bantarsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, sekira13 tahun lalu. Dengan niat tulus, mereka membuka pengajian sederhana di rumah.
Banyak anak dari sekitar kampung belajar mengaji pada mereka, hingga akhirnya tiga tahun lalu berdirilah Pondok Pesantren An-Nur, sebuah pesantren kecil yang menjadi rumah kedua bagi para santri.
Namun, mimpi dan perjuangan mereka harus diuji. Hujan deras yang mengguyur tanpa henti pada 2–3 Desember 2024 menyebabkan sungai-sungai di sekitar pondok meluap drastis. Dalam waktu singkat, air bah merendam seluruh area pesantren, termasuk rumah pribadi Ustadz As'ari yang menyatu dengan pondok. Tak hanya banjir, tanah di sekitar pondok bergerak, menyebabkan keretakan parah pada bangunan.
Menyadari situasi semakin membahayakan, As'ari bersama Maesaroh segera mengajak para santri menyelamatkan diri. "Rabu pagi kami keluar, air udah sampai lutut. Anak-anak mengungsi sambil menangis, hanya membawa barang seadanya yang bisa diselamatkan," ujar As'ari dengan wajah penuh keprihatinan kepada tim DT Peduli, Rabu (11/12/2024).
Saat ini, As'ari dan Maesaroh mengungsi di Kampung Babakan, Desa Bantarsari, Kecamatan Pabuaran. Sebagian besar santri telah dipulangkan ke rumah masing-masing, sementara beberapa lainnya ikut mengungsi bersama mereka.
Dengan suara lirih, Maesaroh berharap kondisi segera pulih agar ia dan keluarganya dapat kembali ke pondok dan melanjutkan perjuangan mereka. "Kami hanya ingin pesantren ini tetap berdiri, jadi rumah ilmu dan doa bagi anak-anak," ungkapnya penuh harap.
Bencana yang menimpa Ponpes An-Nur hanyalah satu dari banyaknya musibah yang melanda Kabupaten Sukabumi akibat hujan deras disertai angin kencang pada awal Desember 2024.
Banjir bandang, longsor, dan tanah bergerak terjadi bersamaan, memutus akses jalan, merobohkan gardu listrik, serta merusak rumah-rumah warga. Kabupaten Sukabumi benar-benar dikepung bencana.
Dalam situasi ini, dukungan dari masyarakat dan pemerintah sangat dinantikan untuk membantu mereka yang terdampak, termasuk keluarga besar Ponpes An-Nur, agar dapat bangkit dari keterpurukan dan kembali membangun harapan. (Astri Rahmayanti)