Layanan

Donasi

Beranda

Donasi

Layanan

Kemuliaan Menjadi Amil Zakat
 

 

Kemuliaan Menjadi Amil Zakat

Dipublish pada:

18-Jun-19

Salah satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seorang manusia dari jaman Nabi Muhammad SAW sampai zaman sekarang adalah menjadi amil zakat. Ada beberapa alasan kenapa menjadi amil adalah termasuk pekerjaan yang paling mulia ;

Pertama, amil zakat adalah pekerjaan yang SK pengangkatannya disebutkan dalam Al-Qur’an, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat At-Taubah ayat 60, ketika menjelaskan golongan yang berhak menerima zakat, termasuk di dalamnya adalah amil zakat.

Namun menurut ulama ada perbedaan antara amil zakat dengan mustahik lainnya. Amil zakat berhak memperoleh bagian zakat karena keberadaannya dibutuhkan oleh zakat. Sedangkan ashnaf yang lain justru sebaliknya, mereka sangat membutuhkan zakat untuk memenuhi hajat kehidupan mereka.

Kedua, banyak sekali para sahabat yang diangkat menjadi amil zakat, termasuk di dalamnya adalah Umar bin al-Khattab, Khalid bin al-walid, Muadz bin jabal dan lain-lainnya - semoga Allah meridhai mereka semua.

Ketiga, pekerjaan amil adalah tugas dakwah. Seorang amil zakat bertugas untuk mengajak umat agar mau melaksanakan ibadah yang luar biasa ini. Ibadah yang tidak saja berdimensi vertikal (hablumminallah) tapi juga berdimensi horizontal (hablumminannaas). Ibadah yang menunjukkan keshalehan individual sekaligus keshalehan sosial

Allah berfirman : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS. Fusshilat : 33)

Keempat, pekerjaan menjadi amil dianggap sama pahalanya dengan orang-orang yang berperang di jalan Allah.

Rasulullah SAW bersabda : “Seorang amil zakat yang benar, maka ia seperti orang yang berperang di jalan Allah sampai ia kembali pulang ke rumahnya” (HR. at-Tirmidzy, Abu Daud, Ibu Majah dan Ahmad).

Apa persamaan seorang amil dengan pejuang yang berperang di jalan Allah?  - Menurut para ulama, para pejuang dijalan Allah mereka mengorbankan harta, waktu, tenaga dan pikirannya untuk mempertahankan setiap jengkal tanah milik umat Islam. Sedangkan seorang amil mengorban semua itu untuk menjaga setiap rupiah harta milik umat Islam.  Inilah beberapa alasan yang menjadikan pekerjaan amil zakat adalah pekerjaan paling mulia.

Namun kemuliaan tersebut tidak akan diperoleh kecuali bagi amil yang memiliki syarat berikut ini:

Pertama,  Paham fikih zakat, minimal ia paham terhadap pengetahuan dasar berkait dengan penghitungan zakat. Ini diperlukan jangan sampai seorang amil itu mewajibkan yang belum wajib atau mewajibkan zakat yang tidak ada kewajibannya.

Inilah mengapa Rasulullah SAW melakukan fit and Proper test kepada muadz bin Jabal RA sebelum ditugaskan ke Yaman. Karena tugas beliau ke Yaman bukan semata-mata sebagai da'i saja, tapi juga sekaligus sebagai amil zakat.

Kedua, memiliki dedikasi yang kuat sebagai amil. Ia harus mencurahkan segenap tenaga, waktu dan pemikirannya untuk mengelola dana zakat dan memiliki semangat berkorban atau at-tadhiyyah. Bagi seorang amil zakat jam bekerjanya adalah 24 jam, walaupun tentu jam kantor tetap ada. Tapi kesiapan diri untuk senantiasa melayani umat harus disiapkan terus.

Ketiga, Amil harus amanah. Dana yang dihimpun adalah dana titipan umat yang harus segera didistribusikan kepada yang berhak memperolehnya. Jangan terlalu lama menyimpan dana yang dimiliki umat, walaupun tentu prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential) tetap harus diperhatikan. Serta jangan sampai seorang amil menyalurkan zakat kepada mereka yang tidak berhak menerimanya. Proses assassement mustahiknya harus dilakukan dengan sangat teliti.

Di antara wujud keamanahan seorang amil zakat adalah tidak boleh menerima hadiah atas pekerjaan yang dilakukannya.

Dari Abdullah bin Buraidah RA dari bapaknya dari Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang kami tugaskan untuk melakukan satu pekerjaan dan kami telah memberikan upah atas pekerjaannya tersebut maka apa yang ia ambil lebih dari itu adalah perbuatan khianat” (HR Abu Daud)

Keempat, menjaga kualitas ibadah. Tugas keamilan bukanlah tugas yang mudah. Banyak rintangan dan godaan dalam menjalankannya. Seorang amil zakat harus mau untuk menjaga kualitas ibadah dengan baik dan benar.

Biasakan untuk shalat berjamaah lima waktu, baca al-Qur’an setiap hari, berinfak setiap hari dan harus rajin bersilaturrahmi serta pastikan apa yang dimakan adalah sesuatu yang halal.

Inilah upaya amil zakat agar senantiasa memperoleh pertolongan serta perlindungan dari Allah ketika menjalankan setiap tugasnya.

Kelima, kualitas akhlak seorang amil adalah kunci agar mendapatkan kepercayaan dari umat. Memperoleh kepercayaan dari umat adalah tantangan terbesar seorang amil. Sebaik apa pun program yang sudah dirancang, baik berkaitan dengan funding maupun pendistribusian dana, namun kualitas akhlak amilnya rendah, maka akan sangat sulit untuk dipercaya umat.

Jaga penampilan, baik cara berpakaian, cara bersikap maupun bertutur kata. Selalu tepat waktu ketika berinteraksi dengan umat adalah sebagian akhlak yang penting yang harus dimiliki oleh amil zakat.

Selamat menjalankan tugas menjadi amil zakat !

 

Penulis: Oleh : Ustadz. Ali Nurdin Anwar, Lc.
(Dewan Pengawas Syariah DT Peduli)

Ditulis Oleh:

Administrator