Dipublish pada:
“Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan salat yang paling disukai Allah adalah salat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.” (HR. Bukhari).
Nabi Daud adalah sosok fenomenal. Beliau memiliki aktivitas rutin yang di-dawam-kan (dilakukan terus-menerus) sepanjang hidup. Sejak remaja, ia tidak pernah berhenti walaupun cita-citanya satu demi satu terpenuhi. Bahkan beliau semakin menambah bobot kualitas amalnya.
Nabi Daud remaja sadar bahwa Ilahi memiliki kehendak atas dirinya. Sadar pula dirinya dituntut untuk mampu memerankan diri sebagaimana kedudukan yang diberikan-Nya yaitu khalifah Allah SWT di muka bumi. Oleh karenanya, beliau berusaha sekuat tenaga merealisasikannya.
Allah SWT membimbing Nabi Daud agar mampu menetapkan dan melakukan penghambaan serta karya terbaik sebagai wakil-Nya di muka bumi. Dalam rangka menjawab tantangan zaman saat itu, Allah SWTmembagi hari-hari Nabi Daud kepada dua bagian yaitu siang dan malam. Pada dua waktu tersebut Allah memberikan syariat yang harus dijalaninya.
Pada siang hari, Allah SWT mensyariatkan Nabi Daud membagi siang harinya kepada dua hak yaitu hak Allah dan hak badan. Hak Allah SWT harus ditunaikan oleh Nabi Daud melalui syariat saum dua hari sekali, sedangkan hak badan dipenuhinya pada hari ketika beliau sedang tidak saum.
Ada pun malam, Allah menetapkannya sebagai selimut yang harus diperlakukan dengan adil dan proporsional. Maka, Allah SWT menetapkan syariat kepada Nabi Daud agar tetap tidur saat malam berada di puncaknya (tengah malam), dan bangun pada sepertiga malam terakhir untuk menunaikan salat malam.
Saum dan salat malam yang dilakukannya mampu menjadi perisai sejati (pemelihara) dari sebesar apa pun godaan. Bahkan beliau mampu menunjukkan akhlakul karimahyang luar biasa. Di antara hal yang mampu beliau tunjukkan adalah tutur kata yang indah berbalut kebenaran semata. Maka, tidak heran bila Nabi Daud dikenal sebagai nabi dengan suara paling merdu.
Dunia adalah tempat ujian. Melalui ujian yang ada di dunia ini, banyak yang Allah angkat derajatnya. Namun, tidak sedikit pula yang terjerembab ke dalam lembah kehinaan. Nabi Daud dan umatnya berhasil menjawab ujian hidup ini. Bani Israil yang asalnya dijajah mampu melepaskan diri dari penjajahan dan perbudakan untuk menjalani kehidupan sesungguhnya, yaitu merdeka dalam penghambaan kepada-Nya.
Subhanallah, betapa Nabi Daud menjadi sosok panutan bagi tiga ideologi besar sejak dulu sampai sekarang. Ketiga ideologi itu adalah Yahudi, Nasrani, dan Islam. Mereka dengan bangga serta-merta menamakan generasinya sebagai generasi Daud. Bahkan negara Yahudi Israel menjadikan bintang David (Daud) sebagai simbol negaranya.
Semasa hidupnya, Nabi Daud tidak menjalani hidupnya sebagaimana aliran air, mengalir ke mana saja. Beliau memancangkan target yang ingin diraih di dalam hidupnya. Setelah target ditetapkan, maka ia menguras seluruh tenaga dan perhatiannya untuk membaca potensi dan peluang yang ada di hadapannya. Nabi Daud melakukannya dengan cermat sehingga pondasi kekuasaan yang dijalankannya tertancap kuat sampai tiba masa datang para pelanjutnya. Wallahu a’lam. (Ustaz Edu)
Sumber: Majalah Swadaya Edisi Januari 2021