Dipublish pada:
PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Oleh : Ustadz Ali Nurdin, LC., M.E.I
Memurnikan niat karena Allah adalah syarat utama.
عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Kalau seseorang berniat puasa untuk mendapat ridho Allah SWT, maka ridho Allah yang akan ia dapatkan.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda
لخلوف فم الصائم أطيب عند الله يوم القيامة من ريح المسك
“Sungguh Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari pada bau minyak wangi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Maksud hadits tersebut adalah, karena mulut seorang yang shaum itu bau, maka tidak boleh banyak bicara, artinya tidak boleh mengomongkan ibadahnya. Hal itu menunjukkan bahwa ibadah puasa harus ikhlas.
Seseorang tidak bisa menikmati ibadah adalah buah dari dosanya. Bagaimana bisa, seseorang menikmati jamuan makanan lezat kalau dia sedang sakit. Demikian juga dengan orang yang masuk Bulan Ramadhan tapi ia masih banyak dosa dan tidak ditaubati. Padahal, Allah menjamu sangat banyak keberkahan.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh radiyallahu anhu berkata, “Apabila tidak mampu mengerjakan shalat malam dan puasa pada siang hari, engkau adalah orang yang terhalang dari (kebaikan) lagi terbelenggu. Dosa-dosamu telah membelenggumu.”
Perintah puasa ada dalam Surat Al-Baqarah : 183 - 184. Dalam ayat ke-184 disebutkan,
"Ayyama Ma'dudat", yan mana menunjukkan bahwa berpuasa di bulan Ramadan itu sangat terbatas, dan dibatasi oleh waktu.
Artinya, Bulan Ramadhan itu cepat berakhir. Maka ketika seseorang menjalani ibadah Ramadhan, jangan menunda-nunda beramal shaleh karena setiap waktu sangatlah berharga. Biasanya orang-orang sadar di ujung Bulan Ramadhan ketika akan berakhir. Maksimalkan hari-hari di Bulan Ramadhan dengan memperbanyak tilawah, banyak sedekah, qiyyamurramadhan, dan lain-lain.
Menjelang Bulan Ramadhan, Rasulullah SAW memperbanyak shaum. Jangan sampai (maaf), mau Ramadhan seperti orang yang akan banyak dilarang, sehingga sekarang habis-habisan makannya.
Rasulullah SAW bersabda: "Maka sesungguhnya orang yang paling lama lapar pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak kenyang di dunia."(HR Baihaqi dan At-Tirmizi - Hasan)
Maka menjelang Bulan Ramadhan persedikitlah makan, perbanyak shaum untuk melatih fisik kita sebelum menghadapi puasa selama satu bulan penuh.
Imam Ghazali berkata: "Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia- sia.''
Ilmu sebelum amal maka akan sampai pada tujuannya. Maka dengan memahami fiqih apa yang membatalkan puasa, apa saja yang mengurangi pahala puasa, adalah hal yang harus dipelajari.
Salah satu contohnya adalah mengetahui keutamaan waktu sahur. Banyak diantara kita yang ketika sahur sambil menonton TV atau makan saja. Padahal jika kita tahu, sahur adalah waktu mustajabnya do'a, waktu yang mulia. Seharusnya kita masimalkan istigfar dan perbanyak doa.
Orang-orang bisa lupa akan momen luar biasa di Bulan Ramadhan karena kurang paham fiqih puasa. Termasuk tidak paham pada akhirnya malah melakukan hal yang membatalkan puasa atau membatalkan pahalanya.
Mulai saat ini, bentuklah kebiasaan yang akan kita rencanakan dilakukan di Bulan Ramadhan. Agar nanti di Bulan Ramadhan, ritmenya sudah kita dapat, hanya perlu melanjutkan. Jangan sampai kita baru mau memulai semuanya ketika Bulan Ramadhan.
Apapun yang tidak dimulai dengan pemanasan, akan cepat capek. Seperti orang yang hendak lari marathon, kalau tidak pemanasan terlebih dahulu, tidak akan kuat berlari jauh. Karena ototnya harus siap digunakan berlari, pemanasannya pun harus lama.
Begitu pula puasa di Bulan Ramadhan, harus pemanasan terlebih dahulu agar tidak semangat di awal tapi berguguran pada akhirnya.
Bulan Ramadhan adalah saat dimana Allah SWT mengobral pahala. Ibarat Mall yang membuka diskon besar-besaran, orang-orang berbondong-bondong antri dan ingin jadi yang terdepan untuk mendapatkan diskon tesebut. Harusnya untuk amal shaleh pun kita berlomba-lomba.
‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhân untuk menyimak bacaan al-Qur’annya. Sungguh, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan daripada angin yang berhembus.”
Maksudnya adalah, kebaikan beliau dirasakan semua orang. Itu adalah buah dari amal kebaikan yang dilakukan bersungguh-sungguh. Maka dari itu, perbanyaklah melakukan kebaikan baik itu ibadah mahdhah dan ibadahn ghairu mahdhah.