Teteh, kita kan tahu bahwa ghibah itu tidak diperbolehkan. Sedangkan di
rumah saya mendengar mamah berghibah sama temannya. Lalu, bagaimana cara yang
benar untuk menasihati orang yang lebih tua?Jawaban: Ghibah adalah salah satu perbuatan yang tidak terpuji dan dilarang
dalam agama Islam. Ghibah diharamkan berdasarkan ijma’ dan termasuk dosa besar
karena bisa mengakibatkan putusnya ukhuwah, rusaknya kasih sayang, timbulnya
permusuhan, dan tersebarnya aib. Bahkan dalam Al-Quran, Allah menyamakan orang yang melakukan ghibah dengan
orang yang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat [49]: 12) Supaya tidak menyinggung perasaan ibu dan temannya, alihkan pembicaraan
atau perhatian mereka sehingga ghibahnya terhenti. Boleh pada saat suasana yang
nyaman, mengingatkan tentang bahaya ghibah. Bisa langsung dengan bahasa yang
santun atau tidak langsung dengan memberikan buku yang mengupas ghibah atau
memperdengarkan kajian. Semua itu dilakukan sambil doa minta tolong kepada
Allah agar ibu dimudahkan mendapat hidayah-Nya.Saya pernah mendengar ketika sudah
menikah lebih baik tinggal terpisah dengan orang tua. Lalu, bagaimana kalau
posisinya ibu saya sendiri dan saya tidak tega untuk meninggalkannya seorang
diri. Apa solusinya? Jawaban: Memang idealnya setelah menikah bisa hidup man diri dengan
pasangan. Namun, ini tidak mutlak harus segera dilakukan. Semua situasional,
tergantung pada kemampuan dan kondisi tiap keluarga. Adakalanya masih harus bersama salah satu orang tua karena memang masih
diperlukan dan belum mampu untuk mandiri, misalnya. Apalagi dengan kondisi
orang tua yang memang butuh untuk ditemani. Tidak ada salahnya tinggal
dengannya. Semua itu perlu dikomunikasikan dengan bijak bersama pasangan. Bila niatnya
tulus karena Allah, insya Allah akan banyak hikmah yang didapat. Selain dapat
belajar bagaimana memulai berumah tangga, mengatur rumah dan lainnya, juga
mendapat pahala birrul walidain, berbakti pada orang tua. Wallahu ‘alamSaya ingin menikah sesuai syariat Islam tanpa ada pacaran terlebih dahulu.
Tetapi, masih ada keraguan dalam hati saya. Benarkan menikah tidak harus cinta?Jawaban: Menikah sesuai
syariat Islam bukan berarti tidak dilandasi dengan cinta. Justru dalam Islam,
menikah itu harus berlandaskan kasih sayang, cinta yang hakiki, dan cinta
karena Allah SWT. Pacaran tidak
menjamin terjalinnya cinta kasih sampai ke pernikahan. Selain tidak dibenarkan
dalam Islam, pacaran pun bisa mendekatkan pada perbuatan yang tidak
diridai-Nya. Tahapan taaruf menuju pernikahan, diharuskan pasangan saling mengenal.
Tentu saja dengan tetap menjaga etika pergaulan yang dibolehkan. Tidak
berkhalwat, menjaga diri dan hati masing-masing supaya tidak jatuh kepada
perbuatan maksiat atau perbuatan yang tidak disukai Allah. Setelah itu lakukanlah istikharah. Minta petunjuk Allah untuk menguatkan
keputusan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Bila pernikahan diniatkan untuk
ibadah, insya Allah cinta kasih akan tumbuh dan berkembang kemudian. Karena
masing-masing pasangan akan menjaga karunia Allah ini untuk kebaikan di dunia
dan akhirat kelak. Wallahu ‘alam.
Penulis: Betty Y. Sundari
Ditulis Oleh:
Administrator