Dipublish pada:
Setiap anak dilahirkan ke dunia ini dengan membawa takdirnya masing-masing. Sudah menjadi ketentuan Allah bahwa setiap anak memiliki jalan hidup yang berbeda dan mungkin juga nasib yang berbeda. Tak ada satu anak pun yang minta dilahirkan dari ibu atau ayah tertentu, dan memilih takdirnya.
Ada anak yang baru lahir sudah kehilangan ibunya, ada anak yang sebelum lahir pun sudah kehilangan ayahnnya. Bahkan, ada juga anak yang baru lahir sudah kehilangan kedua orang tuanya. Kondisi demikian, tentu tidak diinginkan oleh setiap anak. Karena di usia yang masih belia, mereka sangat membutuhkan kedua orangtua untuk membina kehidupannya.
Kondisi hampir serupa juga banyak dialami anak-anak saat ini. Ayah dan ibunya masih ada, bahkan keduanya dapat memberikan kasih sayang kepada mereka. Sayangnya, kondisi ekonomi yang lemah membuat anak-anak tersebut kesulitan memperoleh haknya. Yakni hak mendapatkan pendidikan, pakaian, makanan, dan tempat tinggal yang baik. Semuanya harus mereka dapatkan dengan susah payah.
Namun, ada kondisi yang lebih memprihatinkan. Ada anak yang ditinggal mati orangtuanya dan kondisinya masih serba kekurangan. Untuk mempertahankan hidupnya, ia mengandalkan belas kasihan orang lain, atau kerabatnya yang dalam kondisi serba kekurangan juga.
Untuk dapat menemukan “pemandangan” tersebut, tidaklah sulit karena takdir seperti itu dapat terjadi pada siapa saja, dan terjadi sesuai kehendak Allah SWT. Bisa terjadi kepada tetangga, saudara, bahkan anak-anak kita. Terlepas dari semua itu, rencana Allah SWT adalah yang paling baik, dan Allah SWT Mahatahu segala sesuatu terhadap makhluk-Nya.
Rasulullah, Panyayang Anak
Rasulullah saw merupakan sosok terbaik untuk dijadikan panutan setiap orang. Semasa hidupnya, Rasulullah dikenal sebagai orang yang terbaik dalam memperlakukan orang lain. Salah satunya kepada anak-anak.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, kemudian mengecup dan menciumnya.” (HR. al-Bukhari)
Tidak hanya anak kandungnya, Rasulullah saw juga dikenal sangat menyayangi anak-anak lain yang ada di sekitarnya, dan memperlakukannya seperti anak kandung. Walau terhadap anak-anak, Rasulullah juga sangat sopan dan santun, sehingga anak-anak pun berbalik sayang kepadanya.
“Rasulullah datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja’far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far?’ Beliau menjawab, ‘Sudah, dia telah gugur pada hari ini!’ Mendengar berita itu kami pun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata, ‘Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka.’” (HR. Ibnu Sa’ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sebagai manusia biasa, Rasulullah pernah bersedih karena kematian puteranya. Ketika air matanya menetes, Abdurrahman bin ‘Auf bertanya kepada beliau, “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. al-Bukhari)
Meskipun anak-anak, Rasulullah sangat sopan dan santun kepada mereka. Tidak jarang Rasulullah pun bercanda. Selain kepada orang dewasa, Rasulullah juga sering mengajarkan ilmu tauhid kepada anak-anak.
Abdullah bin Abbas menuturkan, “Suatu hari aku berada di belakang Nabi, beliau bersabda, “Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, ‘Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.’” (HR. at-Tirmidzi)
Menjadi Orangtua Asuh
Khusus untuk anak yatim dan memiliki keterbatasan ekonomi, Islam memberikan perlakuan khusus kepada mereka. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa. Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.
Islam mengajarkan menyayangi dan melarang menghardik mereka. Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti serta menyinggung perasaannya. Ada banyak ayat al-Quran dan hadis yang membahas perintah untuk melakukan perbuatan baik terhadap anak yatim, larangan berbuat tidak baik terhadap anak yatim, dan ancamannya. Salah satunya adalah ayat berikut.
Allah SWT berfirman, “Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin.” (QS. al-ma’un [107]: 1-3)
Setiap anak pasti memiliki banyak cita-cita. Mereka pun tidak pernah memikirkan bagaimana caranya agar cita-citanya terwujud. Yang penting, dalam pikiran mereka adalah menjadi orang yang diinginkan itu.
Untuk menggapai sesuatu, pastilah ada jalan yang mesti ditempuh. Namun, alangkah sedihnya jika ada anak-anak yang cita-citanya harus kandas karena sudah tidak ada lagi memiliki orangtua, tidak ada biaya, atau bahkan tidak ada lagi yang peduli kepadanya.
Bagi yang Allah SWT takdirkan memiliki rejeki lebih, kenyataan ini adalah kesempatan emas untuk dapat membahagiakan mereka. Bayangkan, banyak sekali anak yang dapat menikmati hidup serta meraih impian dan cita-citanya.
Tidak bisa dipungkiri, anak-anak adalah calon pewaris masa depan. Di tangan mereka, masa depan negeri ini dipertaruhkan. Mereka pula yang kelak menjadi pemimpin dan meneruskan cita-cita negeri ini. Jika sejak kecil mereka sudah putus harapan, dan tidak lagi memiliki impian serta cita-cita, bagaimana kelak mereka menggenggam masa depan yang cerah? (Astri Rahmayanti)