Layanan

Donasi

Beranda

Donasi

Layanan

Melanggengkan Budaya Berbagi
 

 

Melanggengkan Budaya Berbagi

Dipublish pada:

01-Mar-22

Awal Maret 2020. Masyarakat dihebohkan dengan informasi terkait kemunculan virus Corona di Indonesia. Setelahnya, pandemi Covid-19 menjadi realita sehari-hari. Beragam dampaknya mulai kita rasakan. Mulai dari tataran ekonomi hingga kesehatan.

Kini, dua tahun telah berlalu. Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya menghilang. Walau meninggalkan banyak permasalahan, namun ada hikmah yang bisa kita petik dari pandemi tersebut. Yakni budaya berbagi (prososial) masyarakat Indonesia semakin mengakar kuat.

Corona membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Namun, tidak satu pun berita mengabarkan orang-orang meninggal karena kelaparan. Ini karena pemerintah dan masyarakat dengan sigap bahu-membahu menghimpun bantuan. Uluran tangan dari para dermawan seakan tidak pernah berhenti. Berkolaborasi menyumbangkan sebagian rezekinya untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Sebagaimana dilakukan Daarut Tauhiid (DT) Peduli misalnya, menghimpun donasi dari masyarakat untuk kemudian disalurkan dalam berbagai program bantuan makanan dan kesehatan bagi mereka yang terdampak pandemi.  

Warisan Leluhur

Suatu perilaku yang dilakukan berulang-ulang, lama-lama menjadi kebiasaan. Jika kebiasaan itu diwariskan ke generasi berikutnya (turun-temurun), dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, maka perilaku tersebut dikatakan telah menjadi tradisi. Lebih jauh lagi, ketika tradisi berkembang menjadi cara hidup yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang atau masyarakat, maka jadilah ia sebagai budaya.

Jika kita melacak budaya berbagi pada masyarakat Indonesia, kita dengan mudah menemuinya di setiap suku di negeri ini. Ada banyak tradisi yang mencerminkan perilaku altruistik, yaitu kepedulian terhadap orang lain dengan tidak mementingkan diri sendiri/tanpa harap imbal jasa.

Contoh, tradisi Morakka’bola di Sulawesi Selatan. Merupakan tradisi gotong royongmasyarakat Bugis Barru yang memindahkan sebuah rumah dari satu tempat ke tempat lainnya agar terhindar dari bencana dan malapetaka. Warga sekitar secara sukarela bersama-sama membantu warga lain yang akan pindah rumah. Setelah rumah selesai dipindahkan, kegiatan dilanjutkan dengan acara syukuran (Baca Barazanji).

Contoh lain, tradisi Nganggung di Kabupaten Bangka. Yakni kegiatan membawa dulang berisi makanan ke masjid atau langgar ketika menyambut datangnya hari besarkeagamaan, menghormati orang yang meninggal dunia, atau menyambut kedatangan tamu besar. Tradisi Nganggungkental dengan unsur kebersamaan di dalamnya, dan tidak membedakan antara etnis satu dengan etnis lainnya.

Tradisi atau budaya-budaya seperti ini yang harus kita langgengkan. Tidak hanya mengundang keridaan dan keberkahan dari Allah, tapi juga sangat sesuai dengan nilai-nilai adiluhung bangsa Indonesia.

Etika Berbagi

Islam amat concern terhadap nilai-nilai berbagi. Mereka yang senang berbagi akan dibuat gembira oleh Allah SWT pada hari kiamat.Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw,Barangsiapa menjumpai saudaranya yang muslim dengan (memberi) sesuatu yang disukainya agar dia gembira, maka Allah akan membuatnya gembira pada hari kiamat.” (HR. Thabrani).

Dan tentu saja, pahala teramat besar bagi mereka yang senang berbagi di kala lapang maupun sempit. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid [57]: 7).

 “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir pada tiap-tiap bulir 100 biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS.Al-Baqarah [2]: 261).

“(yaitu) orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit…” (QS. Ali 'Imran [3]: 134).

Namun, di balik semua itu, ada hal penting terkait etika berbagi. Komaruddin Hidayat, seorang cendekiawan Islam di negeri ini mengingatkan kita tentang hal tersebut.

Mengutip dari ceramah yang disampaikan mantan rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dua periode itu, saat berbagi kita dianjurkan memberikan sesuatu yang masih dicintai atau disukai. Jangan sebaliknya, memberikan sesuatu yang tidak kita senangi. Itu sama saja menjadikan orang yang kita beri sebagai ‘keranjang sampah’.

Contohnya ketika berbagi makanan atau pakaian. Komaruddin menyarankan hendaknya kita berbagi makanan/pakaian yang juga kita senangi pada orang lain. Cobalah tidak memberikan pakaian yang sudah tidak dipakai atau makanan sisa. Kalau kita memberikannya, artinya kita merendahkan martabat orang lain sekaligus merendahkan martabat diri kita.

Inilah indahnya etika berbagi dalam Islam. Selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan niat semata-mata meraih keridaan-Nya. “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum menginfakkan sebagian harta yang dicintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]: 92).

Jadi, ketika berbagi serahkanlah semuanya kepada Allah. Tidak perlu kemudian kita mengharapkan pujian, tepuk tangan, atau simpati orang lain. Cukup karena itu perintah Allah. (Suhendri Cahya Purnama)

Ditulis Oleh:

Administrator