Tepat di tengah-tengah kepala kita, terdapat sebuah pabrik yang memproduksi
kebahagiaan, kegembiraan, kesedihan, harapan, ketakutan, kasih sayang, cinta,
kekecewaan, dan juga kebencian. Pabrik itu disebut ‘sistem limbik’, sebuah
sistem otak yang menyatukan kepekaan rasa, pengolahan memori, pengendalian
emosi, dan mengatur pola belajar seorang manusia. Berbekal sistem inilah kita mampu menyimpan berjuta kenangan indah dan
kelak menjadi acuan untuk mensyukuri beragam nikmat dari Allah Ta’ala. Melalui
sistem ini pulalah kita belajar hal-hal mengecewakan dan menimbulkan
kesengsaraan sehingga dapat mengembangkan mekanisme untuk menghindarinya. Singkat kata sistem limbiklah yang memberi napas, warna, dan suasana hidup
kita. Inilah saluran komunikasi utama yang menghubungkan pikiran dan emosi
dengan molekul pembawa yang dilepaskan ke dalam cairan saraf, dan melewati
sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Di sinilah emosi positif dapat
membangkitkan perubahan fungsi tubuh yang berdampak besar bagi kesehatan tubuh.Maka, penting bagi kita untuk berusaha menumbuhkan dan menjaga keberadaan
emosi positif dalam diri, serta mengelola keberadaan emosi negatif agar jangan
sampai membawa kemudaratan yang besar. Bagaimana caranya? Berikut beberapa hal
yang bisa kita lakukan untuk meraih tujuan ini. Berpikir Positif Pikiran dan otak yang berkorelasi timbal baik adalah kunci atau gerbang
kebahagiaan. Artinya, pikiran atau emosi negatif yang diperturutkan akan
‘membajak’ seisi pikiran. Hal ini ditandai dengan berkurangnya kemampuan otak
untuk berpikir jernih dan menemukan solusi yang tepat dalam hidup. Emosi negatif akan membuat 75 persen fungsi otak kita tidak dapat berjalan
dengan semestinya. Apabila kondisi ini terus dipraktikkan, dalam arti gagal
mengelola emosi negatif yang tertanam di dalam diri, dia akan bersifat menetap
dan menjadi pola saraf (neuronal) permanen. Akhirnya, dia pun menjadi individu yang memiliki sifat egois, egosentris
(berorientasi pada diri sendiri), dan tergesa-gesa sehingga berujung pada
pengambilan keputusan yang hanya berorientasi kesenangan sesaat dan kepentingan
sempit. Apabila diperturutkan, hal ini akan menghancurkan fisik dan psikis diri
kita.Perbanyak Menghirup Udara SegarKurangnya asupan oksigen ke otak dapat mengakibatkan terjadinya stres
oksidatif atau stres respiratoric pada seseorang. Apabila hal ini terjadi,
sel-sel otak tidak akan bekerja secara sempurna. Otak pun akan diambil alih
oleh sistem defensif yang lebih mementingkan usaha untuk mempertahankan diri. Hal ini akan mempengaruhi orang
untuk menjadi lebih mudah gelisah. Orang gelisah sangat rentan mengalami stres
fisiologis. Tubuhnya dipaksa untuk mengalurkan hormon-hormon stres semacam
kortisol. Salah satu cara yang paling tepat, murah, mudah, dan multiefek untuk
mengatasi hal ini adalah dengan menghirup udara segar. Kita dapat meluangkan
waktu untuk berjalan di alam terbuka, di kebun, taman kota, atau di mana pun
yang memungkinkan kita mendapat asupan oksigen yang cukup. Banyak Melihat Pemandangan Hijau dan Menyejukkan Warna hijau mampu menurunkan kadar hormon pencetus kecemasan dan
meningkatkan aktivitas pertahanan tubuh. Warna hijau, khususnya yang alami,
ketika diterima oleh retina dengan neuron lokal yang bersifat bipolar akan
merangsang hipotalamus dan pineal untuk menurunkan kadar kortisol (hormon cemas
atau stres). Dengan demikian, dari warnanya saja tumbuh-tumbuhan hijau, termasuk
hamparan sawah dan kebun-kebun, memiliki efek yang bermanfaat bagi tubuh, belum
lagi manfaat lainnya yang sangat banyak. Relaksasi Pada prinsipnya yang namanya relaksasi itu mudah dilakukan, yaitu mengganti
kondisi tubuh dari tegang dan kaku pada posisi relaks, santai, dan tenang.
Relaksasi dapat dilakukan dengan melemaskan kembali otot yang tegang dan kaku. Salah satunya
dengan melakukan peregangan otot (stretching) secara perlahan-lahan untuk
membantu melemaskan otot-otot yang kejang. Mandi atau pun wudu bisa pula
dilakukan untuk melepaskan ketegangan yang mendominasi tubuh. Itu relaksasi
secara fisik. Ada pun relaksasi
secara metal dapat dilakukan dengan menurunkan frekuensi gelombang otak dari
gelombang beta ke alfa atau theta. Aktivitas terbaik terkait hal ini adalah
jalur ibadah, semisal memperbanyak salat, zikir, membaca dan mentadaburi
Al-Quran, dan aktivitas ibadah lainnya. Aneka ibadah ini sangat efektif dalam menangani gangguan emosi dan
ketegangan fisik. Bahkan, zikrullah (termasuk salat di dalamnya) termasuk
relaksasi yang efeknya bersifat ganda. Pada satu sisi, dengan doa kita memohon
kepada Allah atas segala himpitan masalah, dan ini bernilai ibadah. Pada sisi
lain, doa akan melahirkan perasaan lega karena kita telah ‘menyerahkan’ masalah
kepada Zat Yang Serbamaha.
Penulis: Dr. Tauhid Nur Azhar, M.Kes
Ditulis Oleh:
Administrator