“(ingatlah) ketika dipertunjukkan
kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada
waktu sore. Maka ia berkata: ‘Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap
barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu
hilang dari pandangan. Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku,’ Lalu ia potong
kaki dan leher kuda itu. Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami
jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena
sakit), kemudian ia bertobat.” (QS. Shaad [38]: 31-34) Sebelum Allah SWT menganugerahkan kemampuan
mengendalikan angin, Nabi Sulaiman memiliki kendaraan yang sangat disayanginya.
Yaitu, kuda-kuda yang memiliki kemampuan melesat “secepat kilat” saat
ditunggangi dan bersikap tenang ketika tidak sedang dikendarai. Suatu hari, Nabi Sulaiman begitu asyik
merawat kuda-kudanya. Di tengah keasyikan itu, Allah berkehendak membuat Nabi
Sulaiman lupa dengan kewajibannya untuk salat Ashar. Sadar dengan kewajiban
yang terlewatkan, Nabi Sulaiman terperanjat dan kaget luar biasa. Beliau tidak
percaya dengan apa yang terjadi. Tidaklah layak bila sosok uswah terlena dengan
fasilitas dunia walaupun tidak sengaja melakukannya. Beliau bingung
dengan keadaan ini. Nabi
Sulaiman tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada saat galau seperti itu,
Allah yang dimintai ampunan-Nya belum memberikan petunjuk apa pun. Nabi
Sulaiman merasa cemas, jiwanya gundah, dan berharap segera datang kalimat dari
Allah SWT yang bisa menenangkannya. Namun yang
diinginkan belum kunjung datang. Allah masih belum menyampaikan dan
memberikan tanggapan apa pun. Oleh karena solusi belum juga didapat, Nabi
Sulaiman memutuskan menghilangkan dulu penyebab terjadinya kesalahan, yaitu
keberadaan kuda-kudanya. Setelah mengucap basmalah, Nabi Sulaiman menyembelih
semua kuda-kuda tersebut sambil memanjatkan hajat (keinginan) agar Allah SWT
berkenan menerima tobatnya dan mengampuni segenap kesalahannya. Selepas tindakan itu, Allah SWT Yang Maha
Mengetahui dan Berkehendak memberikan respons-Nya. Ia Maha Mengetahui, Nabi
Sulaiman tidak menyengaja melalaikan, maka Allah menerima tobat dan mengampuninya.
Selanjutnya
Allah ganti dengan pengganti terbaik. Ya, pengganti terbaik berupa angin yang
Allah SWT tetapkan sebagai kendaraan baru Nabi Sulaiman yang penuh manfaat. Di
antaranya adalah kemampuan menempuh perjalanan dalam waktu singkat (perjalanan
satu bulan hanya ditempuh setengah hari), tidak memerlukan waktu serta usaha
merawatnya, dan setiap daerah yang dilaluinya menjadi subur. Subhanallah. Melalui kisah ini, yakini setiap
pengorbanan seseorang akan Allah SWT ganti dengan berbagai kebaikan yang lebih
baik dan berlipat-lipat. Maka, jangan pernah kita enggan memberikan sebuah
pengorbanan. Dan semuanya hanya bisa terjadi manakala jiwa kita diliputi
keikhlasan atas kehendak dan aturan yang ditetapkan oleh-Nya. Semoga, Allah
menganugerahkan jiwa lapang d an ikhlas atas semua ketentuan-Nya. Wallahu
a’lam. Penulis: Ustadz Edu
Ditulis Oleh:
Administrator