Layanan

Donasi

Beranda

Donasi

Layanan

Pelukan  Hangat Halal Bi Halal Lintas Bangsa di Masjid Al-Latief Satukan Ratusan Hati
 

 

Pelukan Hangat Halal Bi Halal Lintas Bangsa di Masjid Al-Latief Satukan Ratusan Hati

Dipublish pada:

25 Apr 2025


DTPEDULI.ORG | PERTH – Enam hari telah berlalu sejak takbir terakhir Idulfitri bergema, namun halaman Masjid Al-Latief di Langford justru kembali dipenuhi dengan senyum dan pelukan. Di bawah langit musim gugur Ahad (6/4/2025) yang cerah, aroma sate, bakso, nasi kebuli, lontong, dan BBQ menggantung di udara, menyambut ratusan jamaah dari berbagai belahan dunia yang datang bukan sekadar untuk menyantap hidangan, tapi untuk menjaga hangatnya tali silaturahmi. 

Acara bertajuk Halal Bi Halal Lintas Bangsa ini menjadi pertemuan lintas budaya, lintas usia, dan lintas bahasa. “Eid Mubarak!” terdengar bersahutan dalam logat Melayu, Arab, Urdu, hingga Inggris khas Australia. Tawa anak-anak yang bermain bersama tanpa tahu beda asal-usul, menjadi harmoni indah di tengah keberagaman yang tak pernah menjadi hambatan.

Halal Bi Halal.jpg 114.46 KB
Ustadz Yani, Ketua DKM Masjid Al-Latief, menyampaikan bahwa meski tahun ini jumlah jamaah sekitar 400 orang, lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya sekitar 700 orang dari berbagai latar belakang, Halal Bi Halal bukanlah pada jumlah, melainkan pada kualitas silaturahmi yang terbangun. 

“Pembagian sesi tetap seperti tahun lalu. Dimulai dari para imam, ustadz, dan masyayikh, lalu jamaah reguler, dan terakhir sesi untuk jamaah umum. Ini kami lakukan agar suasana lebih kondusif dan nyaman untuk semua yang hadir,” ujarnya. 

Meski hari raya telah lewat, Masjid Al-Latief kembali membuktikan bahwa Idulfitri bukan sekadar soal hari besar, tapi tentang ruh kebersamaan yang bisa terus dirawat hari demi hari, salam demi salam. Karena di tempat jauh dari tanah air, pelukan persaudaraan semacam ini adalah rumah yang sebenarnya. 

Yang menarik, acara ini juga mendapat sambutan hangat dari tetangga non-Muslim di sekitar masjid. “Alhamdulillah, parkir bisa kami kelola dengan baik. Banyak jamaah yang datang berjalan kaki atau naik sepeda. Itu dimulai sejak Ramadan kemarin, dan ternyata membawa dampak positif,” lanjut Ustadz Yani. 

Namun ia mengakui, tantangan terbesar bukan datang dari luar, melainkan dari dalam, yaitu menjaga semangat, tenaga, dan kekompakan para relawan dan panitia untuk tetap melayani sepenuh hati.  

Di balik kelelahan, ada rasa puas yang tak tergantikan. Karena sejatinya, di tanah rantau seperti ini, ukhuwah bukan sekadar pilihan. Tapi kebutuhan. 

“Tujuan utama kami sederhana. Menjadikan masjid ini rumah untuk semua. Tempat yang menyambut siapa pun dengan cinta, tempat yang membuat anak-anak rindu datang, dan tempat yang terus menghidupkan ukhuwah di mana pun kita berasal,” pungkas Ustadz Yani. 

Baca juga: Kisah Baitul Qur’an DT Australia Rangkai Generasi Cinta Al-Qur’an 

Penulis: Kevin Akbar Pramadiva 

Editor: Agus ID 

Ditulis Oleh:

Administrator