Dipublish pada:
“ZAI ingat Aa Gym pernah berpesan, jika ingin mengubah sesuatu harus mengubah diri sendiri dulu. Kuncinya adalah 3M, yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang terkecil, dan Mulai dari saat ini,” ujar Hudzaifah Aslam Mubarak, seorang da’i muda asal Tasikmalaya, Jawa Barat.
Ditemui tim Majalah Swadaya pada Kamis (8/8) di kediamannya, Hudzaifah banyak bercerita tentang kisahnya berdakwah pada usia yang terbilang muda.
Zai atau Hudzaifah lahir pada tanggal 8 Desember 2004 di Tasikmalaya. Terlahir dari keluarga sederhana namun paham tentang ilmu agama, menjadikannya bertekad untuk menjadi seorang pendakwah.
Berawal dari didikan kakek dan ayahnya yang merupakan tokoh agama di kampung, Hudzaifah kecil tak pernah luput dari sentuhan rohani dalam hidupnya. “Dari masa kecil hidup di lingkungan pesantren, dari SD sampai SMA. Dan di pesantren itu Zai didorong untuk fokus menghafal Al-Qur’an. Saat menginjak SMP akhir, alhamdulillah terakhir setoran Al-Qur’an,” ujar Zai.
Tertarik Dunia Dakwah
Kecintaan sejak kecil terhadap dunia religi membuat Hudzaifah tertarik menjadi pendakwah. Bermodalkan keyakinan teguh serta tekad yang kuat, Zai memperdalam berbagai ilmu agama seusai mengenyam pendidikan di tingkat SMA.
“Setelah SMA, Zai perdalam kembali pelajaran agama dan hafalan Qur’an, seperti kitab-kitab fikih, bulughul maram, dan lain sebagainya. Hingga tertarik ingin jadi ustaz karena melihat perjuangan kakek dan ayah. Hal ini yang memotivasi Zai untuk jadi pendakwah,” katanya.
Saat ini, Hudzaifah menjadi sosok pendakwah baru dan influencer yang digandrungi sebagian besar anak muda. Isi ceramah dalam konten-kontennya di media sosial dinilai related dengan kehidupan anak Kesuksesan Hudzaifah Aslam Mubarak, Da’i Muda yang Gemar Bersedekah Hikmah 23 muda. Apalagi disampaikan dengan gaya bahasa yang santun namun tidak menggurui, membuat isi dakwah Zai banyak disukai.
Kekuatan Doa dan Dukungan Orang Tua
Setiap hal yang diperjuangkan pasti menemui rintangan. Begitu pula yang dirasakan Hudzaifah. Meski berniat mulia, Zai kerap menerima kritikan-kritikan pedas bahkan menjatuhkan. Selayaknya manusia biasa, Zai pun pernah merasa down, putus asa, hingga tak ingin lagi meneruskan dakwahnya. Namun, keberadaan orang tua yang membangkitkan kembali semangatnya.
“Dulu Zai pernah nge-drop karena ujian dakwah, sampai nggak mau dakwah lagi. Nah, di situ ada Umi. Waktu itu Umi tuh masuk ke kamar, terus duduk, mijitin Zai. Langsung Umi bilang, ‘Kak kenapa?’ Lalu Zai bilang, ‘Umi, mau cerita’,” kenang influencer muda itu.
“Terus umi nasihatin gini, ‘Kak kalau Kakak tujuannya untuk dakwah, Umi itu setiap liat Kakak ceramah di panggung-panggung, Umi suka nangis. Soalnya Umi ngerasa Kakak ini yang bisa bantu Umi kalau misalkan Umi nggak di surga. Terus Umi juga bilang, ‘Selama Kakak dakwah, Umi yakin bodyguard Kakak itu para malaikat.’ Pokoknya selalu disemangatin sama Umi yang intinya nasihat Umi tuh selalu bikin Zai terharu,” lanjutnya.
Kekuatan Sedekah
Meski dari keluarga sederhana, tak lantas membuat keluarga Zai menahan harta yang Allah titipkan. Melalui pesantren yang didirikan kakeknya, keluarga Zai menggratiskan biaya pesantren bahkan memberi makan kepada para santrinya yang tergolong anak yatim, piatu, dan dhuafa.
Kedermawanan yang dilakukan oleh keluarga Zai tersebut, bukannya membuat rezeki yang dimiliki semakin habis, namun sebaliknya. Allah limpahkan rezeki dari arah yang tiada disangka. Kini pesantren milik keluarga Zai telah berkembang. Bahkan beberapa santri yang dahulu menerima manfaat, saat ini menjadi donatur di Pesantren Markaz Al-Qur’an, milik keluarga Zai.
Tak hanya itu, manfaat sedekah pun dirasakan oleh dirinya. Zai menceritakan, sebelum memiliki penghasilan sendiri, ia gemar memberi pakaian dan beberapa barang kepada santri maupun teman-temannya. Zai juga gemar memberikan hadiah kepada ibunya melalui tabungan, hasil uang yang ia kumpulkan dari orang tua.
“Zai waktu umur 17 tahun itu cita-citanya tinggi banget. Pengen umrah, pengen punya rumah, pengen segalanya mandiri. Qadarullah waktu itu karena di pesantren Zai kan banyak anak-anak yatim, ya itu suka ngasih pakaian-pakaian. Terus Zai minta didoain pengen umrah, pengen rezekinya lancar, lalu didoaian sama mereka,” ujar Zai.
Amalan sederhana itu istiqomah ia terapkan. Baik dalam keadaan sempit maupun lapang. Alhamdulillah saat ini Zai menuai balasan dari Allah, melampaui dari harta yang ia sedekahkan.
“Ketika umur 18 tahun, qadarullah Allah titipkan rumah. Zai beli rumah saat itu. Zai rasa sedekah ini membantu Zai dititipkan amanah. Ketika dikasih amanah rumah, Zai makin besar sedekahnya karena Zai pengen umrah. Jadi, Zai dapat nasihat dari guru, kalau ingin dapat sesuatu, coba inves ke Allah,” kata Zai.
“Qadarullah di bulan Desember nanti, diajak untuk umrah gratis, dan dapat fee lumayan besar. Nah, di situ Zai ngerasa masya Allah! Dan sekarang pun sedekahnya makin ditingkatkan lagi,” lanjutnya.
Menutup perbincangan, Zai berpesan kepada umat muslim untuk tidak meninggalkan sedekah. Karena sejatinya sedekah adalah berniaga kepada Allah, dan Allah pasti akan memberi lebih dari apa yang telah dikeluarkan hambanya.
“Kalau teman-teman diberi rezeki yang lebih, setidaknya sisihkan sedikit saja untuk sedekah. Itu juga untuk kebaikan kita. Karena kata guru Zai, kata Aa Gym, kalau kita berbuat baik maka kebaikannya untuk diri sendiri,” pungkas Hudzaifah.
Penulis: Noviana Rohma Susilowati