Dipublish pada:
Hidayah memang harus dijemput dan diupayakan. Kemudian nikmatnya hidayah itu hendaknya disampaikan kepada orang lain melalui akhlak yang mulia. Begitulah yang dirasakan oleh presenter Arie Untung.
Sebagaimana yang pernah dialami Rasulullah saw dan rasul-rasul sebelumnya, ujian berat yang dialami terkadang datang dari orang-orang terdekat. Terus berusaha istiqamah memperdalam ilmu agama, bergabung dengan orang-orang saleh, serta terus memberikan pengertian dan pemahaman kepada keluarga dengan cara yang santun, merupakan cara Arie dalam memperkuat dan mendakwahkan hijrahnya.
“Terkait hijrah, sampai saat ini sebenarnya saya masih terus belajar. Makanya harus berusaha berkumpul dengan orang-orang yang saleh. Ibarat seperti kumpulan sapi-sapi, nah kalau satu sapi ke luar sendiri dari kumpulan, gampang sekali diterkam sama macan. Maka, harus berkumpul agar kuat,” katanya saat ditemui di salah satu acara di Senayan City, Jakarta Pusat.
Ia pun awalnya masih sembunyi-sembunyi menikmati masa-masa hijrahnya. Sampai ada satu kejadian yang menurutnya memanas di Ibu Kota Jakarta dan efeknya sampai ke seluruh Indonesia. Seorang kawan pun berani menegur dirinya. Mengapa ia tidak berani secara tegas mengomentari atau menunjukkan ia ada di pihak mana.
“Gue ditanya sama temen gue. Arie, lo ngelihat kejadian kayak gini. Apa pendapat lo?Gue jawab, ya kesel lah. Terus dia bilang lagi, lo kalau kesel jangan ngumpet-ngumpet lah. Gue jawab, kerjaan gue masih gini bro. Eh dia komen gini, terus kalau besok kamu meninggal nih Ri, followers lo segitu banyak mau buat apa? Buat endorse?” tuturnya.
Pernyataan dan pertanyaan dari temannya itulah yang semakin membuat Arie menyadari banyak hal. Termasuk menyadari menyuarakan kebenaran adalah hal yang penting untuk dilakukan. Terlepas dari pekerjaannya, atau akhlaknya yang masih belum baik, semuanya adalah proses. Mengapa? Karena menjadi hamba Allah yang bertakwa adalah hal yang harus diperjuangkan selama durasi hidup di dunia masih ada. Maka, ia pun memberanikan diri untuk menyuarakan kebenaran dan menentukan sikap, dimulai dari postingan-postingan akun media sosialnya.
Bully-an Demi Bully-an
Berjuang di jalan Allah memang tak mudah, karena surga-Nya tak diberikan kepada manusia secara gratis. Sunnatullah-nya harus ada ujian yang dihadapi. Ujian-ujian itu pula yang akan menempa seorang manusia menjadi pribadi yang lebih kuat dan taat kepada-Nya.
Ketika Arie mulai menyuarakan kebenaran melalui postingan-postingan di akun media sosialnya, ujian berupa bully-an itu datang berbondong-bondong kepadanya, keluarganya, hingga stasiun televisi yang menggunakan jasanya. Teman-teman seprofesinya pun bahkan ada yang secara langsung menyindir dirinya.
“Bully-an itu banyak juga yang datang ke kolom komentar Instagram istri saya. Katanya, Lo ngomongin agama, istri lo aja kerjaannya masih begitu. Lihat aja bajunya, jangan sok suci deh lo Rie,” lanjut Arie.
Komentar-komentar bully-an yang ia baca, membuatnya merenung dan intropeksi diri. Ia juga berusaha melunakkan hati istrinya, agar turut hijrah bersamanya. Tapi, hal itu tidaklah mudah bagi Arie. “Setiap apa yang saya sampaikan, dia juga punya argument untuk membantahnya. Ini sulit. Apa yang saya utarakan, mantul terus. Sampai suatu saat, karena dia sudah sangat emosi, dia bilang ke saya, kamu tahu nggak, kita itu udah nggak cocok lagi,” katanya.
Mendengar pernyataan seperti itu ke luar dari mulut istri tercintanya. Arie pun mulai mundur teratur. Bukan untuk menyerah dalam mengajak kepada kebaikan. Tapi, untuk intropeksi diri, apakah ia sudah benar-benar menjadi suami yang baik? Ayah yang baik? Imam bagi keluarga? Apakah akhlaknya sudah baik?.
“Saya bilang ke Allah. Ya Allah, ini gimana Ya Allah. Kenapa ya, justru orang yang saya sayangi kok susah diajak kebaikan. Saya cinta banget sama dia Ya Allah, gimana Ya Allah? Apalagi saya kan tahu juga ya ciri-ciri laki-laki yang tidak akan masuk surga, ialah laki-laki yang membiarkan istrinya tidak menutup aurat. Ya Allah tolong saya Ya Allah,” kenang Arie, sambil matanya menatap ke langit.
Akhirnya, Arie pun menyadari, memperbaiki hubungannya dengan Allah, memperbaiki akhlaknya, adalah hal utama yang harus ia lakukan. “Mungkin selama ini cara saya salah. Ya sudah, saya service Allah. Apa yang Allah suruh, saya upayakan laksanakan. Di antaranya adalah salat di awal waktu, berjamaah,” paparnya.
Titik Balik
Pagi itu, Arie dan Fenita (istrinya) sedang bersiap-siap di rumah untuk menghadiri pernikahan saudaranya. Seperti biasa, Arie meminta Fenita untuk menyeduhkan kopi untuknya. Siapa sangka? Di situlah rupanya titik balik bagi Fenita untuk berhijrah bersama Arie.
“Saya bikinin kopi untuk Mas Arie. Pas saya pegang tekonya, kelempar lah teko berisi air panas mendidih itu ke paha saya. Rasanya sakit sekali. Saya coba tahan-tahan, mungkin lima menit juga hilang rasa sakitnya. Saya pun di bawa ke Rumah Sakit. Di sepanjang perjalanan itu saya banyak beristigfar kepada Allah. Ini baru panas air mendidih di dunia, bagaimana di neraka?” ungkap Fenita sambil menitikkan air matanya.
Fenita menyadari, sepertinya ini merupakan teguran dari Allah SWT untuk dirinya. Tapi di sisi lain, ia juga mulai gamang, apakah ia bisa mantap benar-benar berhijab?
“Malam sebelumnya, saya belajar pakai hijab, ditemani oleh ibu saya. Pas saya ngaca gitu, duh kayaknya saya belum pantes berhijab. Makanya hijabnya saya simpan lagi di lemari. Paginya saya kesiram air panas. Ada bisikan dalam hati saat perjalanan ke RS. Tuh kan, semalam kamu belajar pakai hijab, malah dikasih begini. Yakin nih mau terusin berhijabnya?” paparnya.
Melihat istrinya kesakitan kesiram air panas, Arie pun tak kalah pedih hatinya. “Waktu ngelihat dia kesakitan kesiram air panas, terus dibuka celananya, dan kulitnya ngikut. Duh Ya Allah nggak tega saya lihatnya. Udah gitu nggak bisa dibius karena lukanya lumayan parah. Kasian, saya nggak tega,” ungkap Arie.
Masa-masa di RS itulah, Arie dan istrinya menjadi lebih banyak waktu untuk bicara dari hati ke hati. Membicarakan apa saja. Mulai dari politik, agama, keluarga, dan segala macam. “Pada dasarnya saya sama Mas Arie memang senang ngobrol. Tapi nggak tahu kenapa, pada saat itu, apa pun nasihat Mas Arie saya dengarkan, masuk ke hati saya,” tutur Fenita.
Arie juga menasihati Fenita, segala sesuatu ada dalam pengawasan dan kekuasaan Allah SWT. Termasuk hal yang dilakukan Fenita sebelum kejadian kesiram air panas, yaitu menjadi ketua panitia pernikahan saudaranya.
“Saya kasih tahu ke dia, kamu tahu nggak, tanpa melibatkan Allah Sang Pemilik Rencana, semuanya buyar. Ini teguran dari Allah, bahwa kita harus melibatkan Allah dalam segala sesuatu,” kata Arie.
Hijrah Bersama
Setelah beberapa hari di RS, sering berdiskusi dengan Arie, Fenita pun memutuskan untuk berhijrah bersamanya. Dimulai dari resign dari pekerjaan yang saat itu ia jalani. “Saya bilang ke Mas Arie, saya mau nyelesein kontrak. Ternyata kontraknya sampai akhir tahun. Siarannya juga tinggal lima hari lagi. Sempet galau, apa nanti saja berhijabnya bulan April 2019 setelah pulang umrah? Tapi, mau sampai kapan menunda-nunda. Keinginan berhijab pasti ada. Tapi kalau tidak segera dilaksanakan, khawatir keinginan itu hilang begitu saja. Maka, bismillah saya coba berhijab,” tutur Fenita.
Arie pun senantiasa mendampingi Fenita di masa-masa kegalauannya. Arie pula yang menguatkan Fenita saat ia harus meng-cancel pekerjaan yang nilainya besar, karena ia hendak berhijab. “Ikhlas itu teorinya mudah, tapi praktiknya sulit. Saya sering nangis, tapi saya yakin Allah akan ganti dengan yang jauh lebih baik,” kata Fenita.
Di hari terakhir siaran, Fenita ditemani oleh Arie dan anak-anaknya. “Saya bilang ke dia. Waktu pertama kali kamu siaran, saya yang anter. Waktu terakhir kamu siaran, saya temenin sama anak-anak,” ujar Arie.
Selepas tak lagi bekerja di stasiun tv tersebut. Arie pun mengajak Fenita dan keluarga liburan ke Bandung. Ketika Fenita ke luar dari kamar bersama ibunya, Arie pun terkejut bahagia.
“Masya Allah, Allahu Akbar! Kamu berhijab mih? Eh dia jawab, belum pih. Hah, belum gimana ini maksudnya? Nggak, saya mau belajar berhijab dulu katanya. Ya udah nggak apa-apa, saya cukup terhibur. Tapi, pas di tengah perjalanan, saya jebak dia. Saya posting dia pakai hijab ke Instagram, biar sekalian dia pakai terus, hehe. Saya juga ada tour film Ayat-Ayat Cinta 2 ke Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Saya suruh dia ke Kuala Lumpur duluan, biar dia menikmati berjalan-jalan di sana pakai hijab, tanpa banyak orang yang tahu siapa dia. Alhamdulillah, dia nyaman berhijab sampai sekarang,” jelas Arie.
Pulang dari KL, banyak hadiah berdatangan ke rumah mereka. “Banyak yang ngirim hijab, busana muslim, dari perancang mana-mana. Masya Allah. Saya bilang ke dia. Waktu saya awal hijrah, bully-an-bully-an yang datang ke saya. Waktu kamu hijrah, banyak hadiah yang datang ke kamu. Tapi, saya juga dapat hadiah yang sangat istimewa dari Allah. Apa itu? Kamu berhijab,” kata Arie sambil tersenyum.
(Cristi Az-Zahra)