Dipublish pada:
Pemandangan Kota Bandung terlihat indah di sepanjang jalan menuju Kafe De’Tuik. Berada di kaki gunung, dengan nuansa alam yang sejuk, dan paduan bangunan tradisonal modern, menjadikan kafe De’Tuik makin memesona. Di sini, penulis akan berbincang dengan R.R Ina Wiyandini atau lebih popular dengan nama Ina cookies, owner kue kering dan kafe De’Tuik.
Setiba penulis sampai di Kafe De’Tuik, Ina sedang memberikan materi di Aula Kafe, kepada para pengunjung dari luar kota yang ingin berbagi pengalaman bisnis dengan Ina. Selang berapa menit setelah tiba, adzan asar berkumandang. Penulis menuju masjid yang berada tepat di seberang Aula. Masjid yang didominasi bangunan kayu dan kaca tanpa tirai, terkesan adem, dan asri. Nuansa alamnya terlihat dari pohon bambu dan pegunungan mengelilingi bangunan masjid yang unik ini.
Setelah melaksanakan Salat Asar, penulis duduk di area bermain anak-anak. Sambil menantikan Ina selesai memberikan materi penyuluhan, penulis memanfaatkan dengan mengamati pemandangan di sekitar. Merpati putih bertebangan di sekeliling taman bermain. Suara ayam dan lantunan anak-anak yang sedang mengaji, terdengar syahdu dari masjid penduduk di dekat Kafe De’Tuik.
Selesai memberikan penyuluhan, Ina melaksanakan Salat Asar dan meminta kepada penulis menunggu karena ada tamu dari MUI Jakarta yang terlebih dahulu membuat janji. Penulis pun mengiyakan, karena memang terlihat masih banyak tamu yang menunggu kehadiran Ina. Penulis pun memilih menu makanan ringan dan minuman tradisional yang ada di Kafe De’Tuik, sambil menikmati udara petang, bajigur, sosis, dan kentang goreng menjadi teman hangat di sekitar pegunungan daerah Bojongkoneng Bandung.
Akhirnya waktu wawancara tiba, Ina yang mengenakan baju gamis dan jilbab merah itu langsung menghampiri tempat penulis. Seperti biasa, dengan ramah dan senyum, Ina meminta maaf karena penulis harus menunggu. Someah, kata yang tepat untuk Ibu dari Afiandini Nur Sadrina, Voula Nur Rahmaniar dan Fakhri Saifullah Nur Rahman. Istilah Sunda, Someah berarti ramah yang terpancar dari raut wajah dan sikap yang diberikan.
Mengawali salam pembuka, Ina bercerita mengenai aktivitas yang ia lakukan. Majalah Swadaya Daaruttauhid adalah tamu terakhir yang membuat janji pada hari ini, ujarnya. Sudah terlihat, begitu aktif dan enerjik nenek dari dua cucu ini. Walau usia sudah lima puluh tiga tahun, namun semangat dan jiwa mudanya terus bergelora yang terpancar dari sorot mata dan ucapan yang menggebu.
Keluarga adalah hal yang terpenting setelah Allah dan Rosulnya. Dari keluarga, maka aktivitas dan bisnis dapat berjalan dengan baik. Istri dari bapak Rahmat Basuki ini sangat memperhatikan keluarga dan pendidikan agama untuk anak-anaknya. Kedisiplinan, kejujuran, dan kerja keras ia tanamkan kepada para buah hatinya sejak dini. Walau Ina memiliki asisten rumah tangga, namun ia tidak mengizinkan asisten tersebut tinggal di rumah. Dengan alasan, agar anak-anak mandiri, dan tidak bergantung pada orang lain.
Ina Cookies, nama yang sudah familiar di kota Bandung, hingga mancanegara. sudah tidak asing bagi penikmat kue kering dan kuliner si Kota Kembang ini . Keaktifan Ina di kancah bisnis, membuka peluang untuk merambah dunia dakwah. Dunia dan akhirat adalah jalan yang beriringan menuju rida Allah SWT, ujarnya. “ Apalagi yang saya cari? Anak-anak sudah mandiri dan berkeluarga, dua putrinya sudah berhasil melanjutkan dan berinovasi pada bisnis kue Ina Cookies. Putra bungsunya sedang menyelesaikan kuliah bisnis di Australia. Putranya sudah merancang inovasi dan strategi bisnis untuk pengembangan usaha yang sudah dirintis oleh orangtuanya.
Pernah anak-anak saya berujar, “Mama sudah istirahat saja, biar kami yang fokus pada bisnis ini. Mama dan papa bisa jalan-jalan, umrah atau fokus saja keibadah ujar mereka”. Namun saya tidak mau, saya bilang kepada mereka, “Nak, ibadah tidak hanya sebatas salat atau ritual, biar mama fokus pada kegiatan sosial dan masyarakat. Mama ingin terus bermanfaat untuk orang lain. Berbagi ilmu, tenaga, pikiran dan juga harta yang sudah Allah limpahkan. Itulah kebahagiaan bagi mama dan papa, ungkap saya”.
Ina memang aktif menjadi pemateri di berbagai organisasi dan Majelis Ta’lim di Jawa Barat dan luar kota. PEKKA ( Perempuan Kepala Keluarga ) ialah suatu organisasi perempuan yang berada di bawah naungan salah satu instansi pemerintah dan merupakan program gubernur yang bergerak pada bidang sosial. Tujuannya memberikan keterampilan kepada para perempuan untuk lebih maju dan berkecukupan dalam ekonomi.
Ina rutin memberikan motivasi dan ilmu kepada para anggota PEKKA. “ Saya banyak belajar dari mereka, kegigihan dan kerja keras seorang perempuan dalam membantu dan berjuang menghidupi keluarganya”. Selain itu Ina beserta lembaga sosial PKPU dan Gerakan Muslimat Indonesia (GMI) tergerak hatinya untuk mendirikan sekolah Autis. Sekolah yag didirikan untuk anak yang memiliki keterbatasan dan kebutuhan khusus ini, ditujukan kepada mereka yang tidak mampu.
Selain kegiatan dan program sosial, Ina pun sangat peduli terhadap pendidikan anak usia dini. Untuk itu, nenek dari Valva Calista Ramadhani dan Arkan Ghaisano Alghazali yang akrab disapa GM (grand mother) oleh para cucu kesayangan itu, mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) bagi mereka yang tidak mampu. Ina dan suami hanya berharap, kelak anak-anak lulusan TK tersebut dapat menjadi anak-anak yang saleh dan unggul bagi orangtua agama dan masyarakat, pungkas Ina. (Elisabeth Florata)