Layanan

Donasi

Beranda

Donasi

Layanan

Feromon, Siklus Menstruasi, dan Sehat Tidaknya Pergaulan
 

 

Feromon, Siklus Menstruasi, dan Sehat Tidaknya Pergaulan

Dipublish pada:

31-Mar-22

Antusias itu menular! Artinya, sikap kita bisa memengaruhi orang-orang yang ada di sekitar. Begitu pula ketika bertemu dengan orang enerjik, bersemangat, ramah, dan bersikap positif, kita akan terbawa semangat, ramah dan positif pula.

Sebaliknya, jika bertemu dengan orang yang suka mengeluh dan berpikir negatif, kita pun cenderung terbawa negatif. Begitulah, antusias dan pesimis akan menular.

Sebenarnya tidak hanya itu, menguap pun bisa memengaruhi orang lain. Coba saja, ketika teman kita menguap saat ngobrol, terkadang kita pun terpengaruh sehingga ikut menguap!

Mengapa demikian? Secara psikobiologis, isi pikiran, perasaan, dan emosi, bahkan keculasan serta niat buruk kita dapat ditularkan dan dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Setiap perbuatan, entah itu aktif maupun pasif, dinamis maupun statis, akan memberikan kontribusi signifikan berupa perubahan pada semua elemen yang berinteraksi dengan kita.

Kita diam saja, elemen-elemen sekitar kita pun akan mencatatnya sebagai sebuah perubahan linier tidak bereaksi yang tetap akan dikalikan dengan waktu (t). Kondisi ini mengakibatkan terjadinya proses kodifikasi universal.

Ada sebuah kasus menarik. Pada pertengahan 1990-an, sekelompok ilmuwan melakukan penelitian di sebuah asrama putri di Belanda. Hasil penelitian menyebutkan bahwa siklus haid bulanan para penghuni asrama tersebut seragam.

Hal ini terbilang aneh karena saat kali pertama masuk ke asrama, siklus haid mereka berbeda-beda. Ada dugaan bahwa faktor hormonal seorang perempuan bisa memengaruhi sistem hormon perempuan lain yang berada dalam satu tempat.

Mengapa hal ini terjadi? Ada dugaan kuat, feromonlah penyebabnya. Feromon tidak hanya berfungsi sebagai zat pemikat alias penyampai pesan misterius dari lawan jenis. Feromon pun mampu memengaruhi siklus haid seorang perempuan.

Martha McClintock dari Jurusan Psikologi University of Chicago bersama rekannya, Kathleen Stern mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal bergengsi Nature. Mereka menyatakan bahwa ada dua jenis feromon yang secara spesifik berpengaruh pada kesamaan siklus haid.

Tentu, kita tahu bahwa siklus menstruasi terdiri atas tiga fase, yakni pra-ovulasi, menses, dan luteal atau pascaovulasi. Salah satu feromon dihasilkan perempuan pada fase pra-ovulasi dari siklusnya dan mempercepat ovulasi pada fase berikutnya.

Feromon lain dipancarkan pada saat ovulasi berlangsung. Sinyal ini memiliki efek memperlambat siklus. Hasil akhirnya adalah siklus sejumlah perempuan yang tinggalnya saling berdekatan.

Oleh karena itu, ketika seseorang hadir dalam sebuah ruangan dengan medan elektromagnetik yang khas, unsur genetika orang tertentu sudah bisa menangkapnya. Semakin sering berinteraksi, semakin intens pula pertalian sifat di antara mereka.

Maka, berhati-hatilah dalam memilih pergaulan, teman, atau calon pasangan. Sebab, profil dan karakteristik mereka lambat-laun bisa memengaruhi kita. Mending kalau baik, kalau buruk bagaimana?

Sungguh tepat apa yang disabdakan Rasulullah saw bahwa akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh akhlak teman karibnya.

Feromon, Makhluk Jenis Apa Itu?

Istilah feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani, yaitu phero yang berarti pembawa dan mone yang berarti sensasi. Senyawa feromon merupakan substansi kimia tertentu yang dihasilkan kelenjar endokrin dan digunakan makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan membantu proses reproduksi.

Pada manusia, senyawa feromon banyak dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang ada pada ketiak, wajah (khususnya telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan. Senyawa ini akan aktif ketika seseorang telah memasuki usia baligh.

Feromon bersifat kasat mata alias tidak dapat dilihat mata, mudah menguap, tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan manusia. Tubuh akan mengeluarkan feromon ketika sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang digunakan.

Senyawa feromon dapat memengaruhi hormon-hormon dalam tubuh, terutama otak kecil manusia dan diklaim berperan menimbulkan rasa ketertarikan kepada orang lain, khususnya lawan jenis, baik itu perasaan cinta, suka, gairah seksual, bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman. Feromon pun disinyalir bisa mempengaruhi siklus haid kaum perempuan.

Penulis: dr Tauhid Nur Azhar

Ditulis Oleh:

Administrator