Layanan

Donasi

Beranda

Donasi

Layanan

Beruntungnya Orang yang Bersandar kepada Allah
 

 

Beruntungnya Orang yang Bersandar kepada Allah

Dipublish pada:

28-Nov-23
Sungguh beruntung orang-orang yang menyandarkan masalahnya kepada Allah Ta’ala. Hatinya selalu lapang, tenang, dan bahagia sehingga ia melihat dunia ini hanya secuil. Seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil karena dia menjadi terguling dan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil.  Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena bersandar kepada kedudukannya. Bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran lain.  Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, “Laa khaufun alaihim walahum yahjanun,” kita tidak pernah akan panik. Insya Allah.  Jabatan diambil, tak masalah karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor atau di kampus. Tapi, kedudukan itu malah memperbudak diri kita. Bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. Banyak orang terpuruk hina karena jabatan. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Kita pun berusaha mati-matian mengamankan dan terkadang bersikap jauh dari kearifan.  Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah Ta’ala. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu. Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau bersandar kepada tabungan. Punya tabungan, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus digantungi selain hanya Ia saja. Punya bapak seorang pejabat dan punya kekuasaan, mudah bagi Allah memberikan penyakit kepadanya sehingga tidak bisa melakukan apa pun dan akhirnya harus digantikan.  Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami mengalami muntaber. Membuatnya sangat sulit berkelahi atau bela diri dalam keadaan muntaber. Atau Allah kirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit walau ia seorang jago karate.   Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rezeki. Suami hanya salah satu jalan rezeki dari Allah. Suami setiap saat bisa tidak berdaya. Ketika suami pergi ke kantor, maka istri hendaknya menitipkan suami dalam penjagaan Allah. Penulis: KH. Abdullah Gymnastiar

Ditulis Oleh:

Administrator