Layanan

Donasi

Beranda

Donasi

Layanan

Peka dan Peduli Layaknya Rasulullah
 

 

Peka dan Peduli Layaknya Rasulullah

Dipublish pada:

04-Jan-24

Suatu hari, Abu Hurairah merasa sangat lapar karena sudah lama tidak makan. Biasanya, ia akan meringkuk ke kanan menghimpit ulu hatinya sampai mendapatkan makanan. Di lain kesempatan, ia berusaha mengurangi rasa laparnya dengan melilitkan batu ke perut.

 

Namun, hari itu Abu Hurairah tidak dapat menahan laparnya lagi. Ia akhirnya duduk di jalanan yang biasa dilewati para sahabat. Berharap seseorang mengajaknya bicara, lalu mengajaknya ke rumah dan memberinya sedikit makanan.

 

Tak lama kemudian, Abu Bakar lewat di depannya. Abu Hurairah bangkit dan menanyakan tentang salah satu ayat Al-Quran. Ia berharap Abu Bakar akan mengajaknya makan. Sayang, Abu Bakar tidak menyadari ‘kode’ Abu Hurairah dan pergi begitu saja.

 

Beberapa saat kemudian, Umar bin Khattab melewati jalan yang sama. Abu Hurairah kembali mengajaknya berbicara tentang salah satu ayat Al-Quran. Namun, kali ini pun Abu Hurairah tidak mendapat respons yang ia harapkan. Abu Hurairah semakin lapar, lalu ia melihat Rasulullah.

 

“Abu Hurairah!” sapa Rasulullah saw begitu melihat sahabatnya itu.

 

“Labbaik ya Rasulullah!” jawab Abu Hurairah senang.

 

Tanpa banyak basa-basi, Rasulullah langsung berseru kepada sahabatnya itu, “Ikutlah denganku!”

 

Abu Hurairah mengikuti Rasulullah ke rumah beliau. Setelah mendapat izin, Abu Hurairah masuk ke dalam. Di sana ia melihat sebuah wadah berisi susu. Ia merasa susu itu cukup untuk membuat dua orang kenyang.

 

Abu Hurairah langsung bertanya, “Dari mana engkau mendapatkan susu ini wahai Rasulullah?”

 

“Seseorang menghadiahkannya untuk kita,” jawab Rasulullah.

 

“Abu Hurairah, pergilah ke Ahlus Shuffah dan undanglah mereka kemari,” kata Rasulullah saw.

 

Ahlus Shuffah adalah para sahabat kurang mampu yang tinggal di serambi Masjid Nabawi. Jumlah mereka kurang lebih 70 orang, dan mereka tidak memiliki harta maupun keluarga untuk bersandar. 

 

Biasanya, ketika Rasulullah menerima sedekah dari seseorang, beliau akan langsung memberikannya kepada Ahlus Shuffah tanpa mengambilnya sedikit pun. Dan apabila menerima hadiah, beliau akan mengundang mereka untuk menikmatinya bersama.

 

Karena dilanda rasa lapar, Abu Hurairah merasa agak kesal. Ia berpikir jumlah susu itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan jumlah undangan. Lebih-lebih, sebagai utusan tentu Abu Hurairah akan menjadi orang terakhir yang minum dari wadah itu.

 

Harapan Abu Hurairah untuk minum susu seakan pupus karena jumlah Ahlus Shuffah yang banyak, dan susu yang sedikit. Namun, Abu Hurairah tetap menaati perintah Rasulullah. Ia pergi ke tempat Ahlus Shuffah dan kembali bersama mereka ke rumah Rasulullah. 

 

Setelah mereka duduk, Rasulullah kembali memanggil Abu Hurairah, “Ambillah wadah susu itu wahai Abu Hurairah, dan biarkan mereka meminumnya.”

 

Abu Hurairah mulai menggilirkan wadah itu kepada setiap orang sampai semuanya minum, kecuali Rasulullah dan Abu Hurairah.

 

Ketika sampai giliran Rasulullah minum, beliau menengadah sambil menyodorkan wadah susu kepada Abu Hurairah. Rasulullah lalu berkata sambil tersenyum. “Abu Hurairah, minumlah!”

 

Abu Hurairah menerima wadah itu lalu minum. Setelah meletakkan wadah, Rasulullah berkata, “Minumlah lagi!”

 

Rasulullah terus meminta Abu Hurairah minum dari wadah tersebut hingga ia berkata, “Demi Allah yang mengutusmu, aku sudah tak punya ruang lagi di perutku untuk susu ini.”

 

Abu Hurairah mengembalikan wadah itu kepada Rasulullah. Beliau kemudian bersyukur kepada Allah, membaca basmalah, dan minum dari wadah yang sama. Kejadian ini adalah salah satu mukjizat Rasulullah yang mana air susu itu tak habis sampai semua sahabat minum dengan puas. (Muhammad bin Ismail Al-Bukhari; Al-Jami’ Ash-Shahih, Muslim bin Hajjaj; Shahih Muslim)

 

Kiranya ada banyak hikmah dari kisah ini. Salah satunya dan paling utama adalah kepekaan Rasulullah yang begitu tinggi. Rasulullah menyadari kondisi Abu Hurairah hanya dengan melihatnya sekilas.

 

Kepekaan Rasulullah pun langsung diikuti dengan perbuatan yang menunjukkan betapa pedulinya beliau terhadap keadaan orang-orang di sekitarnya. Sebentuk sikap yang diejawantahkan dalam perilaku mulia. Keikhlasan membantu sesama.

 

Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Amalan yang paling Allah cintai adalah membuat muslim lain bahagia, atau membantu kesulitannya, atau melunasi utangnya, atau membebaskannya dari kelaparan.” (HR. Thabrani)

 

Ayo, bersama kita tekadkan untuk mengarungi awal tahun ini dengan semangat dan sikap peka-peduli sebagaimana Rasulullah contohkan. (Suhendri Cahya Purnama)   

 

Ditulis Oleh:

Administrator