Setiap anak memiliki hak untuk bermimpi, termasuk Hasan dan Irfan. Dua kakak beradik ini percaya bahwa sekolah adalah jalan menuju masa depan yang cerah.
Namun di tengah perjuangan mereka, ada rintangan yang dihadapi. Tunggakan biaya sekolah yang hampir memutuskan langkah mereka.
Hasan dan Irfan tinggal di rumah sederhana berukuran 8 x 6 meter di Kota Yogyakarta bersama ayah mereka, Pak Suparman yang bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan yang tak menentu, Rp 100.000 - Rp 200.000 sebulan. Biaya tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Mereka menghadapi kenyataan pahit, Ibunda tercinta telah berpulang akibat COVID-19 dan meninggalkan mereka dalam kondisi yang serba terbatas.
“Alhamdulillah anak-anak mempunyai semangat yang tinggi, kedua nya rajin belajar TPA sehingga sudah bisa membaca Al-Qur’an dan Hafal Juz 30,” tutur Pak Suparman, orang tua dari Hasan dan Irfan.
Namun dibalik semua keterbatasan ini, Hasan dan Irfan tak pernah menyerah.
Mereka sangat semangat belajar, untuk mengejar cita-cita menjadi pemain sepak bola terkenal. Bagi mereka, sekolah bukan sekadar tempat belajar, melainkan jembatan menuju mimpi dan kehidupan yang lebih baik.
"Semoga anak-anak saya bisa menjadi anak sholeh dan berprestasi, meski dalam keterbatasan ini. Saya hanya berharap mereka bisa terus sekolah," ujarnya penuh harap.
Sahabat, Hasan dan Irfan ingin terus melanjutkan pendidikannya. Mari bersama wujudkan cita-cita mereka agar menjadi anak yang bermanfaat bagi umat dan bangsa. Semoga kita bisa menjadi jalan agar mereka tidak putus sekolah.
Bedonasi sebesar
Bedonasi sebesar
Bedonasi sebesar
Bedonasi sebesar
Bedonasi sebesar
Semoga cepet menemukan jodoh yg terbaik untuk hamba, dan segera menikah
Semoga Yulvi Nurifka Aviantara nilai nilai ulangan akhir semester nya bagus dan lulus semua mata kuliah dan mendapatkan ipk 3,5